Mesjid Kuno Ini Dirobohkan

acehbaru.com | Kediri – Sebuah masjid kuno peninggalan laskar Diponegoro yang ada di Desa Kolak, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri terpaksa dirobohkan dengan alasan renovasi, Minggu 8 September 2013. Padahal banyak pihak telah memperingatkan, agar masjid tersebut yang merupakan cagar budaya harus dilestarikan mengingat sejarah penyebaran Islam di awal abad 18.

“Ini masjid peninggalan KH. Umar, tokoh yang membuka wilayah Kolak sekaligus penyebar agama Islam di wilayah ini. Beliau adalah laskar pasukan Diponegoro yang masih keturunan dari Bethoro Kathong Ponorogo,” kata Ulul Albab SH salah satu keturunan KH Umar kepada merdeka.com, Minggu 8 September 2013.

Masih menurut Ulul, pembongkaran masjid ini dilakukan oleh keturunan KH Umar dari pihak lain yang memang selama ini berseberangan. “Untuk renovasi silakan saja, tapi tidak membongkar total, sebab ini menghilangkan kesejarahan. Sesuai UU Cagar Budaya 11/2010 masjid ini harusnya dilestarikan dan dijaga karena sudah berumur dari 50 tahun,” kata Ulul.

Dari pantauan merdeka.com, pembongkaran masjid selain dikomando oleh pihak keluarga, juga oleh masyarakat yang bukan asli desa setempat. “Dalam sekejap bangunan bersejarah ini sudah hilang. Padahal di sini para ulama-ulama sepuh Kediri biasa bermusyawarah,” tambah Ulul.

Selain bangunan bersejarah, di lingkungan masjid ini juga banyak ditemukan benda-benda purbakala yang diperkirakan peninggalan kerajaan Kediri dan Singosari. Benda-benda purbakala ini juga terancam oleh pihak-pihak yang menganut paham modernisasi. Padahal para pendahulunya meski ada bangunan masjid tetapi tetap merawat peninggalan nenek moyangnya sebagai bukti sejarah perjalanan nusantara.

Seperti diketahui konservasi bangunan kuno di Kota dan Kabupaten Kediri memang minim sekali perhatiannya oleh masyarakat dan juga pemerintah. Salah satu contoh yang dihancurkan di era tahun 2000-2010 antara lain Masjid Agung Kediri yang dibangun tahun 1750 di era Pujangga Ronggowarsito yang ketika menjadi menantu Bupati Kediri Cakraningrat juga dihancurkan dan diratakan dengan tanah dan dibangun dengan masjid baru yang kini menjadi ikon Kota Kediri.

Yudi Pitulas Derajad salah satu pemerhati sejarah di Kediri yang tergabung di Pelestari Sejarah Budaya Kediri (Pasak) mengaku sangat prihatin dengan upaya-upaya penghancuran bukti sejarah Indonesia yang tidak lagi dibanggakan oleh generasi penerusnya.

“Saya prihatin dan mengecam tindakan ini, upaya kami menyelamatkan sebenarnya sudah kita sampaikan namun tidak digubris,” tandasnya.[KHL | MR]

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn

Berita Terkait